Padang Pariaman, Sumatera Barat – Tragedi menyelimuti keluarga seorang bocah berusia 11 tahun yang meninggal dunia setelah empat bulan berjuang melawan luka bakar akibat disiram bensin oleh temannya. Peristiwa ini terjadi saat kegiatan kerja bakti di sekolah pada Februari lalu.
Keluarga Korban Ungkap Perundungan di Sekolah
Menurut pihak keluarga, korban sering dirundung oleh teman-temannya di sekolah. Ibu korban telah melaporkan kasus perundungan ini kepada pihak sekolah, namun tidak ada tindak lanjut yang memadai dari guru. Ibu korban mengungkapkan bahwa guru hanya menyarankan agar anak perempuan tidak bermain dengan anak laki-laki tanpa memberikan teguran atau sanksi kepada pelaku perundungan. Hal ini diungkap oleh seorang kerabat korban, “Anak saya sering dirundung, dipukul, dan ditendang, tapi tidak ada tindakan dari pihak sekolah.”
Rencana Tuntutan Terhadap Sekolah
Keluarga korban berencana untuk menuntut pihak sekolah atas dugaan kelalaian dalam mengawasi siswa selama kegiatan kerja bakti. Keluarga menilai pihak sekolah tidak memperhatikan keselamatan anak-anak saat membakar sampah. “Anak-anak disuruh bakar sampah tanpa pengawasan, itu sangat berbahaya,” ujar keluarga korban. Mereka juga merasa bahwa laporan perundungan tidak ditanggapi serius oleh pihak sekolah, sehingga memperparah situasi yang dialami oleh korban.
Respons Pemerintah dan Dinas Pendidikan
Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman menyampaikan rasa dukacita yang mendalam dan menyesalkan kejadian tragis ini. Kepala Dinas Pendidikan setempat mengungkapkan bahwa mereka sedang menyelidiki dugaan kelalaian oleh pihak sekolah dan berjanji akan memberikan sanksi jika ada yang terbukti bersalah. “Kami sedang menunggu laporan dari Dinas Pendidikan, jika terbukti ada kelalaian, kami akan memberikan sanksi sesuai peraturan yang berlaku,” ujar seorang pejabat pemerintah setempat.
Kronologi Kejadian
Kejadian tragis ini bermula saat wali kelas meminta siswa untuk membersihkan dan membakar sampah di belakang gedung sekolah. Ketika korban, yang paling dekat dengan api, sedang membuang sampah, salah satu temannya merebut botol bensin dan menyiramkannya ke arah korban, yang kemudian disambar api. Teman-teman korban yang ketakutan lari meninggalkan korban yang mencoba memadamkan api di tubuhnya sendiri.
Korban akhirnya dilarikan ke beberapa rumah sakit dan menjalani sejumlah operasi. Namun, kondisi korban terus memburuk dan akhirnya meninggal dunia pada 19 Mei.
Penyelidikan Polisi
Polisi telah menerima laporan dari keluarga korban dan berencana memeriksa pihak sekolah, pelaku, dan saksi-saksi lainnya dalam pekan depan. Keluarga berharap proses hukum berjalan transparan dan adil tanpa ada yang ditutupi. “Kami berharap kasus ini terbuka dan tidak ada yang ditutupi, agar tidak ada lagi korban berikutnya,” ujar salah satu kerabat korban.
Harapan Keluarga untuk Keadilan
Keluarga korban menegaskan bahwa mereka akan terus mengawal proses hukum agar keadilan bagi korban dapat ditegakkan. Mereka berharap tragedi ini menjadi yang terakhir kalinya dan menjadi pembelajaran bagi pihak sekolah dan masyarakat untuk lebih peka terhadap kasus perundungan dan keselamatan anak-anak di sekolah.
Kasus ini menjadi sorotan publik dan mengundang simpati serta dukungan luas dari masyarakat yang mengecam tindakan perundungan dan kelalaian yang menyebabkan kehilangan nyawa seorang anak yang tidak berdosa.